Jumat, 06 November 2009

"KISAH JATUHNYA PESAWAT COCOR MERAH DI PASAR KALIANGKRIK PADA TANGGAL 22 DESEMBER 1948" Penulis: Ikhsannudin Al Hakim





BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

17 Agustus 1945 adalah hari yang penuh sejarah dan tersimpan di jiwa bangsa Indonesia. Inilah hari diikrarkannya teks proklamasi oleh Soekarno pada pukul 10.00 di halaman kediamannya dengan penuh kewaspadaan karena pasukan Jepang dapat sewaktu-waktu membubarkannya.

Akhirnya kemerdekaan yang diharapkan dapat terwujud. Semua rakyat menyambutnya dengan penuh suka cita, terutama para pejuang. Meskipun kemerdekaan sudah berada di tangan rakyat Indonesia. Pada tahun 1946 Belanda masih tetap menguasai aset-aset pemerintahan. Pemerintah Indonesia mulai merintis perjuangan secara diplomasi untuk memperoleh pengakuan secara Internasional. Dalam rangka itulah pada tahun 1946 diadakan gencatan senjata dan perundingan yang menghasilkan persetujuan Linggarjati. Selama masa itulah Belanda memanfaatkan untuk memperkuat pasukannya. Setelah merasa cukup kuat, Belanda kemudian mengingkari persetujuan Linggarjati dan melakukan Agresi Militer pada tanggal 27 Juli 1947 (Moehkardi, 1983:72 dalam Setyaningsih, 2007: 1). Persetujuan Linggarjati menjadikan wilayah Republik Indonesia menjadi sangat sempit.

Dalam Agresi Militer Belanda I, Indonesia terus melawan dan mempertahankan kedaulatannya dengan sistem pertahanan linier. Karena Agresi Militer Belanda I dilancarkan, maka dibuatlah perjanjian Renville. Sesuai dengan isi perjanjian Renville, maka Divisi Siliwangi harus hijrah dari Jawa Barat menuju Yogyakarta. Namun, perjanjian Renville ternyata diingkari oleh Belanda dengan diwujudkan melalui Agresi Militer Belanda II, tanggal 19 Desember 1948.

Pada Agresi Militer Belanda II Magelang ikut mengalaminya yang sebelumnya pernah dianggap sebagai wilayah yang aman, karena pada Agresi Militer I Magelang tidak mengalaminya. Namun, Magelang sudah mempersiapkan apabila pasukan Belanda menyerang Magelang dengan membentuk Tentara Pelajar Magelang dan melakukan bumi hangus terhadap bangunan-bangunan yang dianggap vital.

Sesuai dengan isi Surat Perintah Siasat Nomor 1, yang dikeluarkan oleh Panglima Besar Soedirman pada saat dimulainya Agresi Militer Belanda II, Divisi Siliwangi beserta keluarga dan penduduk yang ikut dengan Divisi Siliwangi harus melakukan wingate ke Jawa Barat, dari Yogyakarta melewati Magelang. Ketika melakukan wingate, Divisi Siliwangi diserang oleh dua pesawat Cocor Merah, namun mereka tetap bergerilya hingga pada tanggal 22 Desember 1948 tiba di Kaliangkrik. Kemudian, tujuh pesawat Cocor Merah menyerang wilayah Kaliangkrik dan Divisi Siliwangi menembak salah satu pesawat Cocor Merah dan jatuh di sekitar Pasar Kaliangkrik.

Adapun ketertarikan penulis dalam mengangkat Kisah Jatuhnya Pesawat Cocor Merah di Pasar Kaliangkrik, Magelang, Tanggal 22 Desember Tahun 1948 sebagai tema karena: menumbuhkan jiwa nasionalisme dan jiwa patriotisme serta memberikan motivasi untuk tetap semangat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia kepada generasi muda yang mulai luntur jiwa nasionalisme dan jiwa patriotismenya; ketertarikan dari lokasi jatuhnya pesawat Cocor Merah yang berada tidak jauh dari tempat lahir dan tempat tinggalnya penulis; ketertarikan terhadap Divisi Siliwangi yang tetap semangat untuk bergerilya, melakukan wingate, dan mematuhi isi Surat Perintah Siasat Nomor 1; ketertarikan terhadap sikap Panglima Besar Soedirman yang bisa memutuskan hal yang sangat berat; ketertarikan jiwa nasionalisme dan jiwa patriotisme dari Divisi Siliwangi; tidak begitu banyak kliping atau kumpulan informasi dalam kisah jatuhnya pesawat Cocor Merah di Pasar Kaliangkrik, Magelang, tanggal 22 Desember 1948 yang lebih spesifik dan penulis harus berusaha mencari informasi sedalam-dalamnya kepada beberapa informan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Belanda masuk ke Magelang?

2. Apa isi Surat Perintah Siasat Nomor 1?

3. Bagaimana medan gerilya Magelang sebelah barat?

4. Bagaimana wingatenya Divisi Siliwangi ke Jawa Barat?

5. Bagaimana peristiwa jatuhnya pesawat Cocor Merah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian ini yaitu:

a) Untuk menjelaskan Belanda masuk ke Magelang.

b) Untuk menjelaskan isi dari Surat Perintah Siasat Nomor 1.

c) Untuk menjelaskan medan gerilya Magelang sebelah barat.

d) Untuk menjelaskan wingatenya Divisi Siliwangi ke Jawa Barat.

e) Untuk menjelaskan peristiwa jatuhnya pesawat Cocor Merah.

2. Manfaat penelitian ini yaitu:

a) Dapat memberikan gambaran masuknya Belanda ke Magelang.

b) Dapat memberikan pemahaman isi Surat Perintah Siasat Nomor 1.

c) Dapat memberikan gambaran tentang medan gerilya Magelang sebelah barat.

d) Dapat memberikan penjelasan wingatenya Divisi Siliwangi ke Jawa Barat.

e) Dapat memberikan pengetahuan peristiwa jatuhnya pesawat Cocor Merah.

D. Definisi Operasional

1. Kisah adalah kejadian (riwayat dan sebagainya) (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 572)

2. Jatuh adalah (terlepas dan) turun atau meluncur ke bawah dengan cepat karena gravitasi bumi (baik ketika masih dalam gerakan turun maupun sesudah sampai ke tanah dan sebagainya) (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 462)

3. Pesawat adalah kapal terbang (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 866)

4. Pesawat Cocor Merah adalah pesawat pemburu Mustang (1945-1949) (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 217)

5. Pasar adalah tempat orang berjual beli (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 833)

6. Kaliangkrik adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Magelang

7. Magelang adalah salah satu kota/ kabupaten di Propinsi Jawa Tengah

8. Tanggal adalah bilangan yang menyatakan hari yang ke berapa dalam bulan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 1137)

9. Desember adalah bulan ke-12 atau bulan terakhir tahun Masehi (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 257)

10. Tahun adalah bilangan yang menyatakan tarikh (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 1122)

Dengan demikian, yang dimaksud dari judul “Kisah Jatuhnya Pesawat Cocor Merah di Pasar Kaliangkrik, Magelang, Tanggal 22 Desember Tahun 1948”, adalah kejadian pesawat Cocor Merah yang jatuh di daerah pasar Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, pada tanggal 22 Desember tahun 1948 yang mencari kebenaran peristiwanya melalui berbagai pendekatan sejarah, sehingga dapat membantu para pembaca dalam memahami peristiwa pesawat Cocor Merah yang jatuh tersebut.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk menggali kisah jatuhnya pesawat Cocor Merah, penulis menggunakan empat langkah penulisan sejarah, yaitu:

1. Heruistik

Heruistik adalah hal yang bersangkutan dengan prosedur analitis yang dimulai dengan perkiraan yang tepat dan mengecek ulang sebelum memberi kepastian (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 397). Heruistik merupakan pencarian sumber-sumber sejarah atau penghimpunan jejak-jejak masa lampau. Penghimpunan data-data untuk penulisan Karya Tulis ini diperoleh dari observasi lapangan, studi pustaka, studi lewat internet, dan wawancara langsung terhadap informan, baik formal maupun non formal.

2. Kritik Sumber

Kritik Sumber berpengertian cara untuk memperoleh sumber-sumber sejarah yang secara nyata benar-benar autentik dan kredibel serta dalam kenyataannya mengandung yang diperlukan dan relevan dengan kisah yang akan disusun. Maka, dari kegiatan ini diharapkan dapat mendapatkan fakta sejarah yang obyektif tanpa menimbulkan subyektif yang berlebih-lebihan.

3. Interpretasi

Interpretasi adalah pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoritis terhadap sesuatu (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 438). Interpretasi yaitu penyelarasan rangkaian fakta-fakta sejarah antara satu dengan yang lain demi terwujudnya ketersuaian.

4. Historiografi

Historiografi memiliki pengertian yang berupa langkah penulisan cerita dengan susunan yang logis, menurut cerita yang kronologis kemudian disempurnakan melalui pengaturan bab maupun bagian-bagian agar terbangun urut-urutan yang kronologis dan sistematis.

F. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahulaun yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan

Bab II Pesawat Cocor Merah dan Persiapan Magelang dalam Menghadapi Agresi Militer Belanda II. Terdiri atas sejarah pesawat Cocor Merah, persiapan Magelang menghadapi Agresi Militer Belanda II, dan sistem Wehrkreise dalam Agresi Militer Belanda II.

Bab III Kisah Jatuhnya Pesawat Cocor Merah di Pasar Kaliangkrik, Magelang,Tanggal 22 Desember Tahun 1948. Terdiri atas masuknya Belanda ke Magelang, Surat Perintah Siasat Nomor 1, medan gerilya Magelang sebelah barat, wingatenya Divisi Siliwangi menuju ke Jawa Barat, serangan udara pesawat Cocor Merah.

Bab IV Penutup yang terdiri atas lima simpulan dan enam saran.


BAB II

PESAWAT COCOR MERAH DAN PERSIAPAN MAGELANG DALAM MENGHADAPI AGRESI MILITER BELANDA II

A. Sejarah Pesawat Cocor Merah

Pesawat Cocor Merah adalah pesawat buru sergap jarak jauh buatan North American (sebelumnya bernama General Aviaton). Nama asli pesawat Cocor Merah adalah P-51 Mustang. Pesawat ini juga memiliki julukan lain yaitu “Si Kuda Liar”. P-51 Mustang jarang dikenal dengan nama aslinya. Karena gambar mulut menganga berwarna merah di ujung pesawat, pesawat ini populer dengan julukan "Si Cocor Merah"

(http://id.wikipedia.org/wiki/P-51_Mustang).

P-51 Mustang didesain pada tahun 1940 oleh North American dibawah kepemimpinan James Howard Kindelberger. Penerbangan Mustang awalnya dirancang sebagai jawaban untuk sebuah spesifikasi Inggris.

Inggris yang sedang terlibat perang di Eropa membutuhkan sebuah pesawat yang mampu mencapai Jerman dan mengawal pengebom yang setiap saat jatuh ditembak pesawat buru sergap Jerman, maka dibuatlah pesawat oleh North American untuk memenuhi kebutuhan ini (http://id.wikipedia.org/wiki/P-51_Mustang).

North American sepakat untuk memproduksi prototipe pertama hanya 4 bulan setelah menandatangani kontrak pada April 1940. Pada akhir tahun 1941, Amerika Utara telah menyampaikan Mustang pertama ke Inggris untuk test penerbangan. Karena telah diketahui kehebatan P-51 Mustang dalam memperkuat pertahanan udara (RAF) Inggris, maka Amerika Serikat memesan P-51 Mustang kepada North American.

Pesawat Cocor Merah mampu mengangkat beban seberat 7.000 kilogram termasuk berat pesawat yang beratnya 7.000 kilogram. Panjangnya adalah 9,81 meter dan bentang sayapnya adalah 11,28 meter. Pesawat Cocor Merah memiliki titik tinggi maksimum hingga 7.720 meter dengan kemampuan terbang mencapai 3.185 kilometer. Kecepatan jelajahnya hingga 735 kilometer/jam dan dipersenjatai dengan enam pucuk browning kaliber 12,7 milimeter, serta delapan buah roket launcher, dan dua buah bom. Pesawat Buru Taktis ini berawak satu orang. Meski dirancang sebagai pesawat pengawal pengebom jarak jauh, tampak dari kehandalan senjata dan kemampuanya membawa dua drop (bahan bakar tambahan) tidak menghalangi tugas utamanya untuk melakukan serangan udara yang mematikan. Untuk mesinnya dipasang mesin Merlin buatanRolls Royce Limited.

Rolls-Royce plc (juga dikenal dengan Rolls-Royce Aero Engines) adalah pembuat mesin pesawat terbesar ke-2 di dunia, di belakang divisi GE Aircraft Engines General Electric (http://id.wikipedia.org/wiki/Rolls-Royce_plc). Rools-Royce (Henry Royce dan Charles Stewart Rools) mempunyai perusahaan mobil mewah dan mesin pesawat terbang yang bernama Rools-Royce Limited. Perusahaan ini berada di Inggris. Hasil karya terakhir dari Henry Royce adalah mesin pesawat “Merlin” yang dirilis pada 1935. Mesin Merlin adalah pengembangan dari mesin “R” yang digunakan oleh kapal laut terhebat masa itu yakni kapal “Supermarine S6B”. Mesin yang berkekuatan 12 valve ini, kemudian dipasangkan pada sebagian besar pesawat-pesawat tempur Perang Dunia II seperti: British Hawker Hurricane, Supermarine Spitfire, De Havilland Mosquito (dua mesin), Avro Lancaster (empat mesin), dan Vickers Wellington (dua mesin). Merlin juga dipasangkan pada P-51 Mustang. Karena ampuhnya mesin Merlin ini, hingga diproduksi sebanyak 160.000 unit untuk keperluan militer. Karena, pesawat P-51 Mustang tahap awal yang tercipta mempunyai kelemahan pada kelincahan di ketinggian maksimum, maka ditambahkanlah turbocharger pada mesinnya. Hasilnya adalah sebuah pesawat yang handal untuk perang jarak jauh dan menjadi legenda.

Turbocharger adalah sebuah kompresor yang digunakan dalam mesin pembakaran dalam untuk meningkatkan keluaran tenaga mesin dengan meningkatkan massa oksigen yang memasuki mesin. Kunci keuntungan dari turbocharger adalah mereka menawarkan sebuah peningkatan yang lumayan banyak dalam tenaga mesin hanya dengan sedikit menambah berat (http://id.wikipedia.org/wiki/Turbocharger).

Sebuah kerugian dalam mesin petrol adalah rasio kompresi harus direndahkan (agar tidak melewat tekanan kompresi maksimum dan untuk mencegah knocking mesin) yang menurunkan efisiensi mesin ketika beroperasi pada tenaga rendah. Kerugian ini tidak ada dalam mesin dieselditurbocharge yang dirancang khusus. Namun, untuk operasi pada ketinggian, pendapatan tenaga dari sebuah turbocharger membuat perbedaan yang jauh dengan keluaran tenaga total dari kedua jenis mesin. Faktor terakhir ini membuat mesin pesawat dengan turbocharge sangat menguntungkan; dan merupakan awal pemikiran untuk pengembangan alat ini (http://id.wikipedia.org/wiki/Turbocharger). Inilah sebabnya, P-51 Mustang tidak menggunakan mesin petrol namun menggunakan turbocharger agar menjadi sempurna.

B. Persiapan Magelang Menghadapi Agresi Militer Belanda II

Pada Agresi Militer Belanda I atau Perang Kemerdekaan Pertama yang dimulai pada 21 Juli 1947 merupakan tindakan pengingkaran Belanda terhadap Perjanjian Linggarjati yang sebelumnya sudah disepakati oleh pihak Indonesia dan pihak Belanda. Namun, pelancaran Belanda ini berhenti karena Indonesia dan Belanda terikat oleh penandatanganan Perjanjian Renville. Dalam salah satu isi Perjanjian Renville menetapkan bahwa pasukan Indonesia harus mengosongkan daerah kantong-kantong. Oleh karenanya, Divisi Siliwangi beserta keluarga dan penduduk yang berada di daerah kantong-kantong harus hijrah dan mereka hijrah dari Jawa Barat menuju Yogyakarta, maka Divisi Siliwangi disebut pula tentara hijrah. Mereka hijrah dengan berjalan kaki dan cara membawa bahan pangan mereka dengan digotong.

Dalam Perjanjian Renville, wilayah Jawa Tengah hanya disisakan tiga Karesidenan, yaitu Karesidenan Kedu, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Surakarta. Karena Magelang masuk ke dalam Karesidenan Kedu, maka Magelang merupakan daerah yang aman dari Belanda. Walaupun Magelang menjadi daerah yang aman, perlu adanya kewaspadaan terhadap serangan Belanda yang secara mendadak dari arah Ambarawa, karena daerah Pingit dan Pagergunung merupakan perbatasan Republik Indonesia. Letak daerah Pingit dan Pagergunung adalah Temanggung sebelah timur. Oleh karena kewaspadaan Magelang dari ancaman serangan Belanda secara mendadak, maka perlu adanya pertahanan di Magelang dan sekitarnya. Kesatuan militer di Magelang bagi Ibu Kota Republik Indonesia di Yogyakarta, merupakan benteng pertahanan darat yang terakhir. Apabila pertahanan di Magelang dan sekitarnya rapuh, maka Ibu Kota Republik Indonesia akan terancam.

Pada pertengahan bulan Maret 1948, berdirilah Tentara Pelajar Magelang yang tidak memahami kemiliteran, namun semangat mereka tetap bangkit untuk perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Dalam pelatihannya, Tentara Pelajar dilatih oleh perwira-perwira TNI dari Divisi Siliwangi dan Divisi Diponegoro, yang berupa yudo, kendo, baris berbaris, cara penggunaan senjata buatan Jepang, dan tata cara bumi hangus sarana dan prasarana vital dengan menggunakan trek bom.

C. Sistem Wehrkreise dalam Agresi Militer Belanda II

Wehrkreise adalah salah satu istilah yang digunakan oleh Tentara Nasional Indonesia. Sebutan Wehrkreise berasal dari bahasa Jerman yang berarti lingkaran pertahanan, lingkungan pertahanan atau pertahanan daerah. Sistem Wehrkreise merupakan adaptasi dari sistem serupa yang diterapkan Jerman dalam Perang Dunia II. Sistem Wehrkreise dipakai untuk mempertahankan setiap wilayah kepulauan maupun propinsi dan dipimpin oleh seorang komandan. Masing-masing komandan diberi kebebasan atau mandat yang seluas-luasnya untuk mengembangkan dan menggelar perlawanan. Wilayah Wehrkreise adalah satu karesidenan, yang di dalamnya terhimpun kekuatan militer, politik, ekonomi, pendidikan, dan pemerintahan. Wehrkreise merupakan bentuk strategi pertahanan yang digunakan olehTentara Nasional Indonesia ketika Belanda melancarkan Agresi Militer Belanda II.

Sedangkan, sistem pertahanan linier secara konvensional pernah dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia pada Agresi Militer Belanda I. Karena sistem pertahanan linier kurang berjalan dengan baik, maka Jenderal Soedirman bersama dengan para pemikir militer dalam Markas Besar TNI, seperti T.B. Simatupang dan Jenderal Abdul Haris Nasution, akhirnya menemukan strategi Wehrkreise. Sistem Wehrkreise sama sekali meninggalkan sistem pertahanan linier, terutama sistem pertahanan linier secara konvensional.


BAB III

KISAH JATUHNYA PESAWAT COCOR MERAH DI PASAR KALIANGKRIK,

MAGELANG,

TANGGAL 22 DESEMBER TAHUN 1948

A. Masuknya Belanda ke Magelang

Pada tanggal 19 Desember 1948, Tentara Pelajar Magelang mendapat tugas melakukan bumi hangus. Menghancurkan bangunan-bangunan vital dan sekolah. Hampir semua bangunan sekolah dan gedung-gedung penting di Magelang dihancurkan, hingga kehabisan bahan peledak dan bahan bakar. Gedung sekolah yang dihancurkan antara lain gedung SMP Bosan, SMA, SKP, SD, Sekolah Teknik di Tuguran dan gedung Panti Peri (Perjuangan Tentara Pelajar Dalam Perang Kemerdekaan, 1985: 88 dalam Setyaningsih, 2007: 11). Kegiatan ini dilakukan agar bangunan-bangunan vital tidak digunakan sebagai markas oleh pasukan musuh.

Ketika tanggal 21 Desember 1948, Magelang harus lara dan berduka cita disebabkan pada pukul sekitar 17.30 WIB telah terjadi serangan Belanda yang merupakan invasi lanjutan yang dilakukan melalui dua arah. Arah yang pertama, Brigade W pasukan Belanda bergerak dari Gombong ke arah Purworejo, kemudian langsung menuju Magelang melalui Desa Krasak. Arah yang kedua, Brigade T bergerak dari Yogyakarta ke arah Muntilan, kemudian dilanjutkan menuju Magelang melalui perempatan Pakelan, Magelang. Kedua serangan tersebut merupakan serangan di luar perkiraan Tentara Nasional Indonesia, karena menurut mereka Belanda akan datang dari arah Semarang setelah berhasil menembus pertahanan Pingit.

B. Surat Perintah Siasat Nomor 1

Pada saat ditetapkannya perjanjian Renville yang disebabkan oleh Agresi Militer Belanda pertama, Kesatuan Siliwangi atau Divisi Siliwangi, yang berasal dari Jawa Barat, bersama keluarga dan penduduk melaksanakan hijrah dengan meninggalkan daerah kantong. Divisi Siliwangi dipimpin oleh Jenderal Abdul Haris Nasution. Divisi Siliwangi beserta keluarga dan penduduk hijrah menuju ke Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya Ibu Kota pada saat itu yaitu Yogyakarta.

Ketika Agresi Militer II dilancarkan oleh Belanda pada tanggal 19 Desember 1948, yang sebenarnya pada malam harinya sudah dilancarkan, beritanya pun mulai tersebar hingga sampai Panglima Besar Soedirman. Maka pada pukul 08.00, Panglima Besar Soedirman mengeluarkan surat perintah kilat yang dibacakan di radio. Surat ini dikenal dengan istilah Surat Perintah Siasat Nomor 1. Surat Perintah Siasat Nomor 1 merupakan surat yang menyatakan sahnya penggunaan sistem Wehrkreise dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia. Surat ini telah ditandatangani oleh Panglima Besar Soedirman bulan November 1948.

Isi dari Surat Perintah Siasat Nomor 1 adalah sebagai berikut: Tidak melakukan pertahanan yang linier; Memperlambat setiap majunya serbuan musuh dan pengungsian total, serta bumi hangus total; Membentuk kantong-kantong di tiap onderdistrik yang mempunyai kompleks di beberapa pegunungan; Pasukan-pasukan yang berasal dari daerah-daerah federal menyelusup ke belakang garis musuh (wingate) dan membentuk kantong-kantong, sehingga seluruh pulau Jawa akan menjadi medan gerilya yang luas (Halim, 1985: 192-193).

Sistem Wehrkreise tidak hanya dilakukan di pulau Jawa saja, di pulau Sumatera pun juga menggunakan sistem Wehrkreise, termasuk pengambilan keputusan politik. Pengambilan keputusan politik yang dilakukan selama Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera mendapat reaksi dari Panglima Besar Soedirman. Ketika Panglima Besar Soedirman membaca surat telegram PDRI Sumatera, dia menyatakan bertanggung jawab atas jalannya pertempuran dan menyatakan sikapnya yang tertuang dalam surat telegram yang isinya : Soal politik dan soal pertahanan tidak dapat dipisah-pisahkan karena pertahanan menjadi tulang punggung politik dan jika ada perundingan tentang penghentian tembak menembak maka PDRI, Staf Angkatan Perang, dan Panglima Tertinggi harus berkumpul, sehingga perintah yang dikeluarkan menjadi kuat dan dapat ditaati.

Sementara di pulau Jawa berlangsung long march Siliwangi. Long march ini dilakukan oleh sebelas batalyon atau 35.000 orang dari Divisi Siliwangi dan keluarga serta penduduk kembali ke Jawa Barat. Hal ini mengacu pada isi Surat Perintah Siasat Nomor 1 yang keempat. Oleh karena itu, long march harus dilakukan oleh Divisi Siliwangi dalam mempertahankan Republik dengan sistem Wehrkreise.

C. Medan Gerilya Magelang Sebelah Barat

Kawasan Magelang adalah kawasan di Jawa Tengah yang menjadi batas wilayah antara Propinsi Jawa Tengah dengan bagian barat Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Magelang merupakan kabupaten yang lebat akan pepohonan. Kawasan Kabupaten Magelang pun sangat luas melebihi luasnya Kota Magelang. Kota Magelang pun berada di tengah-tengah kawasan Kabupaten Magelang, dalam artian lain, kawasan Kabupaten Magelang merupakan kawasan yang berada di luar atau mengelilingi Kota Magelang. Kabupaten Magelang memiliki beberapa gunung dan deretan perbukitan, khususnya di daerah Kabupaten Magelang bagian barat, yaitu daerah Kecamatan Kaliangkrik, Kecamatan Salaman, Kecamatan Windusari, Kecamatan Bandongan, dan Kecamatan Kajoran. Selain kawasan yang berbukit-bukit, kawasan Kabupaten Magelang bagian barat ini juga dialiri oleh beberapa sungai kecil. Maka, banyak jembatan yang didirikan agar kendaraan dapat melintas di atas sungai-sungai kecil itu.

Kawasan Kabupaten Magelang bagian barat merupakan kawasan yang menjadi jalur alternatif menuju Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Purworejo. Namun, jalur alternatif ini harus melewati medan yang tidaklah mulus. Banyak jalan yang turun dan lebih banyak lagi yang menanjak. Bahkan ada jalan yang berada di medan yang curam. Selain itu, jalur alternatif yang berada di kawasan Kabupaten Magelang bagian barat ini juga lebih menguntungkan dari pada melalui jalur dari Kota/ Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung ke Kabupaten Wonosobo jika diukur dengan waktu dan jarak.

Sedangkan, kawasan Kota Magelang juga menguntungkan. Kota Magelang tergolong kota yang aman karena tidak mengalami Agresi Militer Belanda I, telah mempersiapkan menghadapi ancaman Belanda yang datang sewaktu-waktu dengan membentuk Tentara Pelajar Magelang, maka Kota Magelang lebih siap menghadapi Agresi Militer Belanda II. Kota Magelang juga memiliki tempat persembunyian yang aman, yaitu bukit Tidar yang berada di kawasan selatan Kota Magelang.

D. Wingatenya Divisi Siliwangi Menuju ke Jawa Barat

Panglima Besar Soedirman telah mengesahkan dan mengeluarkan Surat Perintah Siasat Nomor 1. Untuk menjalankannya, maka Panglima Besar Soedirman memerintahkan Jenderal Abdul Haris Nasution selaku pemimpin Divisi Siliwangi, untuk melakukan wingate ke Jawa Barat bersama anggota Divisi Siliwangi dan keluarga beserta penduduk yang diperkirakan berjumlah sekitar 35.000 orang.

Kawasan Kabupaten Magelang dan kawasan Kota Magelang sangat menguntungkan untuk dijadikan medan gerilya. Oleh karenanya, Divisi Siliwangi memilih kawasan Kabupaten Magelang dan Kota Magelang sebagai jalur wingate mereka. Mereka melalukan wingate dengan cara bergerilya tanpa menggunakan kendaraan atau hanya berjalan kaki seperti ketika mereka datang ke Yogyakarta dari Jawa Barat di saat Perang Kemerdekaan I.

Divisi Siliwangi memiliki rute yang telah diperhitungkan. Oleh karenanya, Divisi Siliwangi dari Yogyakarta memasuki kawasan perbatasan Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian dilanjutkan ke Kota Magelang. Pada saat itu, Kota Magelang sudah dikuasai oleh Belanda. Divisi Siliwangi pun memasuki wilayah Kabupaten Magelang yaitu wilayah Kecamatan Bandongan.

Pada tanggal 21 Desember 1948, para pejuang dan pengungsi di Bandongan bergerak menuju Gunung Sumbing. Divisi Siliwangi terus bergerak maju. Dalam wingatenya menuju Jawa Barat, Divisi Siliwangi diikuti oleh pesawat Cocor Merah dari udara yang berada di belakang Divisi Siliwangi. Divisi Siliwangi tetap terus bergerak. Sebagaimana yang tercantum dalam Surat Perintah Siasat Nomor 1, yaitu memperlambat setiap majunya serbuan musuh dan pengungsian total, serta bumi hangus total, maka setiap Divisi Siliwangi melewati jembatan, penduduk setempat segera merobohkan jembatan dan sebagainya agar tidak dimanfaatkan oleh musuh.

Pada tanggal 22 Desember 1948, tepatnya sekitar pukul 08.00 WIB terjadi tembak menembak dari udara di sepanjang Jalan Tonoboyo-Kalegen, yang dilancarkan oleh dua pesawat Cocor Merah terhadap Divisi Siliwangi yang tengah bergerilya. Divisi Siliwangi mengalihkan perjalanannya menuju ke arah Kaliangkrik. Kedua pesawat Cocor Merah pun mengalihkan sasaran ke Kaliangkrik. Namun, Divisi Siliwangi tetap bergerilya tanpa menyerah. Oleh karena perjuangan Divisi Siliwangi yang begitu besar, maka mereka pun dapat tiba di Kecamatan Kaliangkrik.

E. Serangan Udara Pesawat Cocor Merah

Awalnya Divisi Siliwangi memasuki kawasan Kecamatan Kaliangkrik pada tanggal 22 Desember 1948 yaitu melalui Desa Beseran, Kecamatan Kaliangkrik yang merupakan perbatasan antara Kecamatan Kaliangkrik dengan Kecamatan Bandongan. Kemudian, dari Desa Beseran dilanjutkan ke Desa Kaliangkrik yang merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Kaliangkrik.

Perjalanan Divisi Siliwangi pun tidaklah mulus. Walaupun jembatan-jembatan telah dirobohkan sehingga tentara Belanda di jalur darat terhambat, namun untuk jalur udara tidak ada hambatan. Pesawat Cocor Merah yang berawak satu itu pun terus mengebomi mereka.

Walaupun demikian, Divisi Siliwangi akhirnya bisa sampai di Kaliangkrik dan berkumpul di lapangan Kaliangkrik, Desa Kaliangkrik, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang. Pesawat Cocor Merah tak henti-hentinya memporak-porandakan Desa Kaliangkrik. Terdapat tujuh pesawat Cocor Merah yang mengelilingi kawasan Kaliangkrik.

Kemudian sekitar pukul 09.00 WIB, Divisi Siliwangi merancang senjata untuk membalas serangan Belanda di daerah dekat lapangan Kaliangkrik dan Kantor Kecamatan pada saat itu. Dengan senjata anti pesawat, Divisi Siliwangi melancarkan usahanya melalui darat dengan tembakan ke sasaran, yaitu salah satu dari tujuh pesawat Cocor Merah yang mengelilingi kawasan Kaliangkrik. Tembakan itu pun tepat sasaran. Pesawat Cocor Merah yang tertembak itu pun jatuh di kawasan sekitar pasar Kaliangkrik. Awak, mesin, dan bagian utama pesawat Cocor Merah jatuh di sekitar 50 meter dari pasar, tepatnya di dua rumah penduduk setempat (sekarang menjadi lokasi rumah dan halaman H.B. Sutardjo AS). (Wawancara dengan H.B. Sutardjo AS pada tanggal 24 Juli 2009). Kemudian, salah satu sayap pesawat jatuh di Bukit Kakus dan ekor pesawat jatuh di pemakaman Jarpisan, Desa Kaliangkrik (Wawancara dengan Hahono H.P. pada tanggal 23 Agustus 2009). Akibat dari jatuhnya pesawat Cocor Merah ini adalah dua rumah penduduk setempat terbakar dan dua orang terluka.

Namun bongkahan pesawat Cocor Merah yang jatuh tersebut tidak segera dimoseumkan. Maka oleh penduduk setempat, bongkahan pesawat Cocor Merah tersebut dipotong-potong dan diubah menjadi alat-alat rumah tangga, seperti piring, panci, penggorengan, dan sebagainya (Wawancara dengan Walwakiyah pada tanggal 23 Agustus 2009). Selain itu, mesin dan kursi pesawat Cocor Merah tersebut disimpan dan dirawat oleh keluarga Sutardjo dan Walwakiyah. Kemudian pada tahun 2000-an, mesin pesawat Cocor Merah tersebut dimoseumkan di Moseum Bambu Runcing, Muntilan, Kabupaten Magelang dan kursi pesawat sudah hilang (Wawancara dengan H.B. Sutardjo AS pada tanggal 24 Juli 2009).

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

1. Belanda masuk ke Magelang melalui Magelang bagian selatan yaitu Pakelan.

2. Pada saat hari pertama pelancaran Agresi Militer Belanda II, Panglima Besar Soedirman mengeluarkan Surat Perintah Siasat Nomor 1.

3. Kawasan Kabupaten Magelang bagian barat merupakan medan gerilya yang baik bagi Divisi Siliwangi dalam melakukan wingate.

4. Berdasarkan Surat Perintah Siasat Nomor 1, Divisi Siliwangi harus melakukan wingate menuju ke Jawa Barat dan melalui Kecamatan Kaliangkrik.

5. Dalam wingate-nya, Divisi Siliwangi diintai dan diserang oleh beberapa pesawat Cocor Merah. Ketika mereka tiba di Kaliangkrik pada tanggal 22 Desember 1948, tujuh pesawat Cocor Merah memporak-porandakan Kaliangkrik dan salah satu pesawat Cocor Merah itu ditembak oleh Divisi Siliwangi dari darat dan jatuh di sekitar pasar Kaliangkrik. Kemudian, oleh penduduk setempat bongkahan pesawat Cocor Merah itu dihancurkan dan diubah menjadi alat keperluan rumah tangga.

B. Saran

1. Apabila mengetahui tentang sejarah lokal, disarankan untuk menggali sejarahnya lebih dalam.

2. Hasil penelitian sejarah lokal di Indonesia agar segera disosialisasikan kepada masyarakat, khususnya masyarakat lokal, agar ikut serta dalam mengenang peristiwa sejarah lokal tersebut.

3. Mengadakan lomba penulisan karya tulis mengenai sejarah lokal tingkat pelajar maupun guru pada semua jenjang pendidikan, sebagai wujud rasa patriotisme terhadap bangsa ini.

4. Berupaya dalam mempertahankan dan mensosialisasikan sejarah lokal.

5. Generasi muda dan masyarakat agar memahami dan peduli sejarah lokal serta menumbuhkan rasa patriotisme dalam jiwa mereka melalui sejarah lokal.

6. Pemerintah baik daerah, Kota, dan Kabupaten, harus menyediakan data-data untuk penelitian sejarah lokal secara lebih terbuka, karena sejarah lokal merupakan aset bangsa yang perlu dilestarikan dan merupakan salah satu sumber tumbuhnya rasa patriotisme bagi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Halim, Amran dan Yayah B. Lumintaintang (ed).1985.30 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Perkembangan Bahasa.

http://anusapati.com/?p=93

http://collapse.blog.friendster.com/2008/05/the-never-ending-indonesian-hero/

http://forumbebas.com/printthread.php?tid=21232

http://forum.kafegaul.com/archive/index.php/t-121572.html

http://id.wikipedia.org/wiki/P-51_Mustang

http://id.wikipedia.org/wiki/Rolls-Royce_plc

http://id.wikipedia.org/wiki/Turbocharger

http://indomiliter.files.wordpress.com/2009/01/100_1702.jpg

http://islamic.xtgem.com/update_juni2008/menggali/abai01_4.htm

http://mabukbuku.blogspot.com/2008/10/hijrah-dan-long-march-divisi-siliwangi.html

http://media.photobucket.com/image/belanda%20%252522p-51%20mustang%252522/ jhon_ipenk/satman7.jpg

http://ms.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Pertahanan_Indonesia

http://sejarahkita.comoj.com/jenny104.html

http://wapedia.mobi/id/Surat_Perintah_Siasat_No.1

http://www.angkasa-online.com/read/newsprint/104/operasi.gagak.upaya.merebut.yogyakarta

http://www.militaryfactory.com/aircraft/imgs/northamerican-p51-mustang.jpg

http://www.richard-seaman.com/Aircraft/AirShows/Midland/2008/Highlights/ P51sMidland08.jpg

http://www.rolls-royce.com/

http://www.swissmustangs.ch/mediac/400_0/media/AURI~F-354~Ambarawa-ca15nov04-SigitSumaryanto1s.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6GDOntilxnBmDj2hSt7KTLKEA1mIBIDpdHlhkqBzWhkC7rGi_TpMcJzgDX2UkEolcZF9N_fQj2qR6Zjf0GUncPn5LmLEnjQeEtlkEqiKzJwjDZ7a6KURZF7dT4cmfRCycguimBCTd7CoN/ s400/WPA_P51Mustang.jpg

Setyaningsih, Wahyu.2007.Peranan Tentara Pelajar Magelang dalam Mempertahankan dan Mengisi Kemerdekaan pada Tahun 1948-1949.Karya Tulis. Tidak diterbitkan.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia.2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia.

BIODATA PENULIS

Nama : Ikhsannudin Al Hakim

Tempat tanggal lahir : Magelang, 6 Januari 1992

Nomor Induk Siswa : 6362

Alamat Rumah : Jalan Lettu Wakidi, RT 2, RW 1, Desa Kaliangkrik, Kecamatan

Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah 56153

Sekolah : SMA Negeri 2 Magelang

Kelas/ Semester : XII IPA 1/ 5

Penulis

Ikhsannudin Al Hakim

NIS 6362

BIODATA INFORMAN

Nama : H.B. Sutardjo AS.

Tempat tanggal lahir : Magelang, 9 Agustus 1939

Pekerjaan : Karyawan (1958-1959)

Pegawai PN Pertani (1959-1969)

Guru SD N Kaliangkrik (1969-1983)

Kepala SD N Kaliangkrik (1983-1999)

Pensiunan (1999-Sekarang)

Wiraswata (1999-Sekarang)

Alamat Rumah : Jalan Lettu Wakidi Rt 03/ Rw 01, Desa Kaliangkrik, Kecamatan

Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah 56153

Pengalaman : Saksi hidup dalam peristiwa jatuhnya pesawat Cocor Merah di

Pasar Kaliangkrik, Magelang, tanggal 22 Desember tahun 1948.

Pengalaman Organisasi : Dan Ru Pandu KBI Kabupaten Magelang (1954-1957)

Sekretaris GPII Kecamatan Kaliangkrik (1957-1958)

Ketua GPII Kecamatan Kaliangkrik (1958-1959)

Ketua GPM Kecamatan Kaliangkrik (1959-1963)

Ketua Jamiatul Muslimin Kaliangkrik (1963-1966)

Sekretaris PNI Kecamatan Kaliangkrik (1963-1966)

Anggota Front Pancasila Kecamatan Kaliangkrik (1965-1966)

Anggota Front Nasional DPR-GR (1963-1967)

Sekretaris KAPPI Kecamatan Kaliangkrik (1966-1969)

Sekber Golkar Kecamatan Kaliangkrik (1969-1974)

Ketua PMI/ PMS Kecamatan Kaliangkrik (1969-1974)

Ketua Kortan Pramuka Kecamatan Kaliangkrik (1969-1982)

Sekretaris Panitia 17 Agustus Kecamatan Kaliangkrik (1972-1982)

Komcat Golkar Kecamatan Kaliangkrik (1972-1999)

Pengurus PGRI Kecamatan Kaliangkrik (1982-1999)

Pengurus PHI Kabupaten Magelang (1986-1996)

Pengurus IPHI Kabupaten Magelang (1996-1999)

P.K. Golkar Kecamatan Kaliangkrik (1999-2004)

Sekretaris PWRI Kecamatan Kaliangkrik (2000-2009)

Pengurus Makam Assalam (2006-Sekarang)

Ketua Rw 1 Desa Kaliangkrik, Kecamatan Kaliangkrik (1989-Sekarang)

Ketua PWRI Kecamatan Kaliangkrik (2009-2011)

Magelang, 24 Juli 2009

H.B. SUTARDJO AS.

No. Pen. 13034272100


BIODATA INFORMAN

Nama : Walwakiyah (kakak kandung H.B. Sutardjo A.S.)

Tempat tanggal lahir : Magelang, 1936

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Rumah : Jalan Lettu Wakidi, RT 2, RW 1, Desa Kaliangkrik, Kecamatan

Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah 56153

Pengalaman : Saksi hidup dalam peristiwa jatuhnya pesawat Cocor Merah di

Pasar Kaliangkrik, Magelang, tanggal 22 Desember tahun 1948.

Magelang, 23 Agustus 2009

Walwakiyah

BIODATA INFORMAN

Nama : Dahono H.P.

Tempat tanggal lahir : 29 Desember 1929

Pekerjaan : Mantan/ Pensiunan anggota TKR

Alamat Rumah : Jalan Lettu Wakidi, RT 2, RW 1, Desa Kaliangkrik, Kecamatan

Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah 56153

Pengalaman : Saksi hidup dalam peristiwa jatuhnya pesawat Cocor Merah di

Pasar Kaliangkrik, Magelang, tanggal 22 Desember tahun 1948.

Magelang, 23 Agustus 2009

Dahono H.P.

BIODATA INFORMAN

Nama : Pridjaji, S.Pd.

Tempat tanggal lahir :

Pekerjaan : Guru di SMA Negeri 2 Magelang

Alamat Rumah :

Pengalaman :

Magelang, 2009

Pridjaji, S.Pd.